Beberapa hari yang lalu di salah satu radio di Semarang diceritakan tentang Education Sans Frontieres di Prancis sana. Organisasi tersebut bermaksud melindungi para keturunan imigran ilegal di Prancis yang sedang menuntut ilmu. Jadi ceritanya, Pemerintah Prancis akan memulangkan para imigran gelap ke negara asalnya termasuk keturunannya. Tindakan ini dilakukan sebagai dampak dari kerusuhan yang diakibatkan perselisihan antar etnis beberapa waktu lalu. Bagaimana cara ESF melindunginya? Dengan berbagai cara dari diplomasi sampai dengan menyembunyikan para siswa tersebut, karena dikabarkan pemerintah akan merazia sekolah-sekolah dan memulangkan siswa imigran gelap tersebut.
Saya tidak akan bercerita tentang negara Perancis, tapi tentang Sans Frontieres yang kalau dibahasaindonesiakan berarti 'tanpa batasan' itu.. Organisasi lain yang memakai kata 'Sans Frontieres' dan cukup terkenal adalah
Medecins Sans Frontieres (Doctors Without Borders), organisasi yang didirikan tahun 1971 ini mengirimkan dokter ke seluruh dunia untuk membantu korban bencana alam (
seperti di Jateng ) dan korban perang.
Yang saya pikirkan sebenarnya, bagaimana awal mula batas negara terbentuk?
Hayo bagaimaanaaa? bingung kan?. Sama saya juga bingung.
Tapi salah satu teori mengatakan begini :
Konon disuatu senja di musim yang lalu, saat itu hujan rintik, manusia-manusia jaman pra-sejarah sangat bingung. Bingung karena saat itu belum ada batas negara. Bingung karena kehidupan saat itu sangat tidak teratur yang kalau dengan standar manusia modern jaman millenium disebut sebagai anarkis, chaotic dan lain sebagainya. Oleh karena itu para tetua saling berkumpul didalam suatu tenda berwarna biru yang dipintunya bertuliskan 'DO NOT DISTURB'. Setelah beberapa jam saling beradu argumentasi dan saling mengeluarkan umpatan-umpatan tidak senonoh, suatu hal yang biasa dilakukan manusia pra-sejarah, maka dihasilkan suatu permufakatan untuk membentuk apa yang mereka namakan 'Suku'. Konon menurut permufakatan itu yang dinamakan suku adalah kelompok manusia berdasarkan ciri-ciri fisik yang terlihat seperti : warna kulit, warna rambut, warna iris mata, bentuk wajah, ukuran hidung dan lain seterusnya. Hal ini yang disepakati karena konon saat itu begitu mudahnya membedakan orang dengan ciri fisiknya (Yaaa iyaaa laaaahh!! dasar manusia kuno!!!).
Lalu berkumpullah mereka yang memiliki ciri-ciri fisik yang sama dalam barisan empat bershaf(entah apa maksudnya), lalu setelah melalui prosedur yang saat itu populer dengan sebutan hompimpah, maka mereka sepakat untuk membagi wilayah tersebut, saat itu manusia masih terkumpul dalam suatu daratan besar yang saat ini disebut benua, ke dalam kampung-kampung berdasarkan suku. Tak lama kemudian, tiap-tiap suku mulai mengalami pertumbuhan penduduk sehingga satu benua tidak memungkinkan untuk menampung seluruh umat manusia saat itu. Lagipula ternyata perbedaan ciri fisik yang nyata membuat mereka saling menyombongkan diri (dan untuk kasus tertentu malah ada yang merendahkan diri). Akhirnya mereka kemudian berpindah ke tempat lain sehingga hampir seluruh penjuru bumi di jamah oleh mahluk baru bernama manusia ini.
Namun seiring perjalanan waktu dan semakin tuanya umur bumi. Ada satu sifat manusia yang tidak berubah, yaitu keinginan untuk beda dari yang lain. Lalu kemudian di beberapa kelompok suku ada yang merasa perlu membagi-bagi kelompok mereka dalam kelas-kelas, status-status dan kasta-kasta yang berbeda. Orang yang kebetulan jadi pemimpin kemudian menetapkan keturunan mereka sebagai orang yang mulia yang berhak mewarisi kepemimpinan dalam sukunya, manusia-manusia yang merasa dekat dengan Tuhan merasa perlu melindungi kesuciannya dengan menutup akses pergaulan keturunannya dengan status lain yang tidak suci. Tinggallah kemudian orang-orang yang nggak 'ngeh' apa yang sedang terjadi (karena saat itu mereka hanya ingin menikmati hidup) . Nah orang-orang inilah yang kemudian dikorbankan orang-orang yang sudah berstatus sebagai apa yang sekarang sering disebut politikus sebagai 'rakyat'. Parahnya bahkan rakyat pun merasa perlu membagi dirinya dalam kelompok, karena merasa tidak mau ketinggalan dengan para pemimpin dan orang-orang suci ada diantara mereka yang mengaku sebagai kelas pedagang, ilmuwan, pekerja.. dan sekali lagi orang-orang yang nggak 'ngeh' apa yang terjadi dikorbankan begitu saja dengan diberi cap 'rakyat jelata'.
Begitulah akhirnya suku-suku ini kemudian membentuk suatu struktur dengan status-status bertingkat seperti tadi. Pemimpin lalu kemudian orang-orang suci, lalu pedagang, ilmuwan dan di barisan paling bawah ada rakyat jelata. Bahkan sampai ada kelas sosial lain yang sering tidak diakui pemimpin suatu suku, yaitu kelas sampah masyarakat (suatu kelas sosial yang nyata adanya tapi ditidakada-tidakadakan). Maka struktur sosial ini pun kemudian merasa perlu untuk menetapkan suatu batasan wilayahnya. Sehingga muncullah cikal-bakal batas negara.
Dalam perkembangannya manusia tidak cukup membedakan dirinya dalam batas-batas negara, akhirnya timbullah pembedaan atas dasar keyakinan, agama, ideologi, jenis kelamin, bentuk tubuh, jenis motor yang dimiliki, jenis handphone yang dipunyai, internet browser yang dipakai, bahasa pemrograman yang dipakai, sistem operasi yang dipakai, prosesor komputer yang dipakai sampai bentuk hidung yang dipunyai.