Sedih rasanya, jika kita mengira kita telah melakukan sesuatu yang berarti namun ternyata hal yang kita lakukan membuat kita terjebak dalam keadaan yang membuat kita terlihat lemah, terlihat bodoh, terlihat konyol. Kita melakukan hal yang kita anggap berarti, hal yang kita anggap akan menyenangkan dan membanggakan orang-orang terdekat kita. Tapi ternyata karena salah perhitungan.. Kejadian buruk menimpa, seolah tanpa maaf memanfaatkan ketidaksempurnaan kita.
Ketika kita mencoba orang lain untuk memahami kita dan melihat dari kacamata kita, orang lain tidak kunjung menemukan kacamata yang sama.. Malah mereka semakin membenamkan kepala kita, yang mungkin sudah menelan tanah, lengkap dengan cacing-cacingnya.
Pada akhir cerita, orang yang bisa dipersalahkan hanya diri sendiri, karena memang tidak ada orang lain lagi yang bisa dipersalahkan.Repotnya, menyalahkan diri sendiri sama saja dengan mengubur diri kedalam lubang yang kita gali dan tutup sendiri.
Memaafkan diri sendiri memang susah ya.. sepuluh tahun belum tentu cukup, satu umur hidup bahkan belum tentu cukup..
Salahkan Tuhan? Rasa-rasanya Tuhan tidak memiliki hal yang jauh lebih penting untuk diurusi daripada sekedar merusak jalan hidup seorang manusia rendahan seperti kita.... hmmm.. tapi pemahaman seperti ini juga berarti mengecilkan kuasa Tuhan.. serba salah jadinya.
Pada akhirnya hanya ada dua pilihan.. seperti kata orang-orang.. Bangkit dan berlari... atau tetap ditempat akibat kecanduan rasa sakit..
.....
"Tapi kalau masih sakit... jalan pelan-pelan boleh kan , Om?"
*Pletok!!@%$**^!@*!!!!!PL4K!!%%@%$(%!