|
Kemarin, 14 November 2006, saya mengikuti kegiatan bersama-sama Loenpia. Kegiatan ini cukup unik, menurut saya, yaitu menanam Mangrove di Pulau Tirang di daerah Tapak Tugurejo Semarang. Kegiatan ini sendiri adalah program dari BAPEDAL Semarang. Awalnya Adam dan Budi mengajak, saya menolak untuk ikut karena saya sama sekali tidak tertarik. "Nanem Mangrove? ngapain juga nanem-nanem mangrove.. mending di rumah nonton infotainment" kira-kira begitulah yang terlintas di pikiran saya. Tapi ya akhirnya saya pun ikut juga .
Sekitar jam tujuh kurang sepuluh menit, saya, Adam dan Budi berangkat dari rumah saya menuju Taman Lele. Sampai Taman Lele (sekitar jam tujuh) ternyata baru kami bertiga yang datang, janjiannya sih kumpul di Taman Lele jam 7.15. Ada hal menarik waktu kami bertiga menunggu yang lain datang. Seorang bapak-bapak menghampiri kami lalu menanyakan maksud kedatangan kami. Yang menarik bapak itu mengatakan "Cari sarapan ya mas? Kalau cari sarapan , satu kilometer dari sini aja mas".
Awalnya saya nggak ngeh dengan maksud pertanyaan dan pernyataan bapak ini. Tapi kemudian si Budi memberi sedikit pencerahan bahwa ternyata sekitar 1 km dari tempat itu adalah kawasan prostitusi Gambilangu. Jadi maksud dari bapak itu bukan sarapan tapi "sarapan". Duh, kurang ajar bener tuh bapak!!
Eniwei, beberapa menit kemudian teman-teman yang lain mulai berdatangan. Yang heboh tentu saja kedatangan mas Adi yang membawa dua teman cewek Belanda, Ellen dan Jessica. Setelah semua berkumpul, kami pun bersama-sama menuju ke pulau Tirang. Perjalanan ke Pulau Tirang ini ditempuh dengan menggunakan perahu bermotor.
Ketika menyusuri sungai (?), menuju Pulau Tirang, kesan yang didapat adalah: KOTOR!. Ya, dimana-mana terlihat plastik-plastik kemasan makanan, sandal-sandal tak bertuan, dan bahkan ada beberapa underwear yang menggantung gak jelas. Begitu sampai di Pulau Tirang kesan itu pula yang tertangkap, plastik, dus-dus dan stirofoam bekas ada dimana-mana. Bahkan Jessica sempat bertanya, yang kira-kira terjemahan bebasnya begini "Kok, perasaan dimana-mana kotor banget sih? Kerjaan siapa nih?". Saya pun tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Malu juga sih. Menurut mas Adi sih, sampah-sampah itu adalah sampah dari Semarang. Ya, karena pulau Tirang ini akan tenggelam jika malam tiba (menurut Budi), jadi sampah itu adalah sampah kiriman yang nyasar di Pulau Tirang.

Turun dari perahu (saya yang berbaju oranye)
(gambar diambil dari loenpia.net, dengan semena-mena untuk digunakan seperlunya)

Akhirnya acara menanam mangrove pun dimulai, sebelumnya kami diberi pengetahuan sedikit mengenai mangrove dan cara menanamnya. Ternyata jenis mangrove yang akan kami tanam hari itu adalah Rhizopora Mucronata yang sengaja dipilih karena karakteristiknya yang tahan terhadap cuaca panas (oh ya, hari itu memang sangat panas). Lalu kami diberi tahu cara penanamannya. Bibit yang kami tanam hari itu adalah bibit yang sebelumnya telah ditumbuhkan dalam sebuah polybag hingga akarnya tumbuh. Jadi, pertama-tama polybagnya harus di lepas dulu dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Kemudian ditanam sedalam 10 - 20 sentimeter dan di beri bambu pelindung untuk melindungi bibit mangrove dari gelombang dan kepiting-kepiting yang sering memakan bibit mangrove. Untuk lebih jelasnya kira-kira seperti ini:

Cara menanam bibit Mangrove
(gambar diambil dari budiyono.net, dengan semena-mena untuk digunakan seperlunya)

Maka dimulailah acara tanam-menanamnya. Berkotor-kotor dan berbasah-basahlah kami semua. Ada yang bertugas mencangkul, ada yang bertugas menanam ada yang bertugas memindahkan bibit-bibit. Menyenangkan sekali, karena semuanya dilakukan bersama-sama. Namun dasar saya orang yang sangat jarang melakukan kegiatan fisik yang berat-berat, rasa capek dengan mudahnya menghinggapi, bagaimana tidak capek, berdiri gali lubang lalu jongkok nanem bibit lalu berdiri lagi adalah kegiatan yang tidak mudah bagi orang dengan ukuran perut dan paha berlebih seperti saya . Tapi karena malu diliat banyak orang, akhirnya dengan semangat 45 terus saja dilakukan, berdiri-buat lubang-jongkok-nanem bibit-berdiri-buat lubang-jongkok-nanem bibit. Lagipula ada rasa bangga bisa melakukan sesuatu yang berguna. Ya menanam mangrove berguna karena ketika tumbuh besar akar-akar mangrove tersebut akan mengurangi efek dari abrasi laut, mengurangi efek dari badai dan gelombang laut sehingga ketika sampai pemukiman efek dari gelombang laut tidak terlalu merusak Selain itu ekosistem mangrove juga menyediakan tempat hidup bagi kepiting-kepiting, ikan-ikan dan jenis-jenis mahluk lainnya. Belum lagi nilai ekonomis dari tanaman mangrove itu sendiri, yang bisa dimanfaatkan kayu dan buahnya (?)

Menanam Mangrove
(gambar diambil dari loenpia.net, dengan semena-mena untuk digunakan seperlunya)

Kegiatan menanam mangrove selesai pada tengah hari sekitar jam 12. Tangan dan kaki lecet-lecet, baju bersimbah lumpur, kulit terbakar, badan pegel-pegel tapi hati senang. Malamnya saya pun tidur tanpa mimpi.
Nanem Mangrove? Capee Deeeh :-D

Komentar Terbaru

Tinggalkan Pesan


Name
Email
URI
Msg

Tags

Gegambaran

Loenpia.net